MEMAHAMI ISI KANDUNGAN QS. AL-LAHAB DAN AN-NASR
TENTANG PROBLEMATIKA DAKWAH
Oleh : M. Yusuf, S.Ag
Guru Al-Qur'an - Hadits MTs Negeri Tembilahan
Memahami isi kandungan QS Al Lahab dan An Nasr tentang problematika dakwah
1. QS AL LAHAB DAN AN NASR
a. QS Al Lahab
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (١) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
(٢) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (٣) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (٤) فِي
جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (٥) اللهب
b. QS. An Nasr
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (١) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ
فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (٢) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ
كَانَ تَوَّابًا (٣) النصر
ô2. TERJEMAHAN QS AL LAHAB DAN AN NASR
a. QS Al Lahab
1. binasalah kedua tangan Abu Lahab
dan Sesungguhnya Dia akan binasa[1607].
2. tidaklah berfaedah kepadanya
harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. kelak Dia akan masuk ke dalam api
yang bergejolak.
4. dan (begitu pula) istrinya,
pembawa kayu bakar[1608].
5. yang di lehernya ada tali dari
sabut.
[1607] Yang dimaksud dengan kedua tangan Abu Lahab ialah Abu Lahab
sendiri.
[1608] Pembawa kayu
Bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri Abu Lahab
disebut pembawa kayu Bakar karena Dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk
memburuk-burukkan Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum Muslim.
b. QS. An Nasr
1. apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. dan
kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3. Maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penerima taubat.
3. ISI
KANDUNGAN QS AL LAHAB DAN AN NASR TENTANG PROBLEMATIKA DAKWAH
Dakwah dan premlematikanya
adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Dalam dakwah pasti akan selalu
diikuti adanya sebagai macam problematika.
1).
Dakwah
Menurut bahasa, dakwah berarti ajakan, seruan, dan
panggilan. Menurut istilah islam, dakwah berarti setiap kegiatan yang bersifat
menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah swt,
sesuai garis akidah, syariat, dan akhlak islamiah. Orang yang berdakwah disebut
dai, sedangkan orang yang menjadi objek dakwah disebut mad’u.
Selain
kata dakwah, kita juga mengenal kata tablig. Menurut bahasa, tablig berarti penyampaian.
Menurut istilah, tablig berarti menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat
manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilakdanakan agar memperoleh
kebahagiaan didunia dan diakhirat. Orang yang bertablig disebut mubalig.
Dalam
kehidupan sehari-hari, antara kata dakwah dan tablig diartikan sama. Hal ini
disebabkan tujuan ke dua kegitan tersebut sama, yaitu mengajak orang agar mau
mengamalkan ajaran Islam.
Allah
swt, memerintahkan kita untuk berdakwah, diantaranya dalam ayat-ayat berikut
ini.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ
أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤) آل عمران
Dan
hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali
’Imran/3: 104)
Selain menjelaskan tentang perintah
berdakwah, ayat diatas juga menjelaskan bentuk-bentuk dakwah, yakni amar
ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf berarti mencegah dari peerbuatan munkar.
Pada kenyataan nya, dakwah pada masa sekarang lebih banyak amar ma’ruf.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ
رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
(١٢٥) النحل
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu denga hikmah dan pengajaran yang baik dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhamu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengutahui siapa yang dapat petunjuk. (Q.S.
an-Nahl/16: 125)
Selain perintah berdakwah dalam surah
An-Nahl Ayat 125, ayat tersebut juga memberikan metode dalam berdakwah. Metode
itu adalah bil-hikmah, bil-mau’izah hasanah, dan bil-jidal.
Dakwah bil-hikmah (dengan
bijaksana), artinya perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
hak dan batil. Dakwah harus disampaikan dengan keterangan yang tegas dan jelas,
tadak ragu atau bimbang. Dengan demikian, objek dakwah dapat mengetahui ajaran
Islam dengan sebenernyatanpa keraguan.
Dakwah bil-mau’izah hasanah,
artinya dakwah dengan memberikan nasehat yang baik. Objek dakwah adalah manusia
yang memiliki akal dan pikiran. Oleh sebab itu, dai harus memiliki sifat
terpuji, sopan, dan santun dihadapan objek dakwah. Sifat-sifat tersebut dapat
menarik simpati dari para objek dakwah. Dengan demikian, insya Allah dakwah
dapat berjalan baik.
Dakwah bil-jidal, artinya
dakwah secara biolagis, jika objek dakwah kaum terpelajar, dakwah ini akan
lebih menarik. Seseorang dai harus memiliki wawasan yang luas sehingga tidak
menutup kemungkinan seseorang dai memiliki pengetahuan dibidang umum. Dengan
demikian, seorang dai tidak hanya mampu menjawab masalah kehidupan agama. Lebih
jauh dari itu, ia mampu menjawab permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain ketiga metode tersebut, ada
dakwah yang tidak kalah pentingnya, yakni dakwah bil-hal. Dakwah ini
lebih mengedepankan keteladanan. Selain dakwah secara lisan, seorang
daidituntut memberikan contoh riil dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dakwah bil-hal,
antara lain memberikan bantuan kepada masyarakat yang sedang mendapat musibah.
2) Problematika Dakwah
Problematika
dakwah berarti permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan dakwah. Permasalahan
seputar pelaksanaan dakwah dipengaruhi dua faktor, yakni kondisi intern dan
ekstern.
Kondisi intern lebih bertumpu pada
diri seorang dai. Seorang dai yang tidak menguasai materi dakwah, belum mampu
melaksanakan ajaran syariat dalam kehidupannya, dan tidak mampu berkomunikasi
dengan baik sering menjadikan dakwah tidak dapat diterima dengan baik oleh
objek dakwah. Dengan demikian, seorang dai dituntut benar-benar menguasai
materi, pelaksanaan meteri, dan ber-komunikasi dengan baik.
Kondisi ekstern adalah kondisi dari
luar, seperti lingkungan, media, dan pengaruh orang lain. Banyak acara TV yang
cenderung memberikan gaya hidup yang tidak mendidik, seperti hidup komsumtif,
mode pakaian yang tidak sesuai syariat, dan pergaulan bebas. Lingkungan yang
kurang mendukung penerapan ajaran agama dan tidak memedulikan perkembangan anak
juga memengaruhi proses dakwah. Belum lagi, kegiatan misionaris agama lain yang
setiap saat mengancam pengalihan akidah. Semua itu perlu disikapi dengan
kegigihan sehingga tidak mudah puutus asa dalam menjalankan dakwahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar