Pelajaran 1
MENERAPKAN HUKUM BACAAN MIM SUKUN
DALAM QS. AL-BAYYINAH DAN AL-KAFIRUN
Oleh: M. Yusuf, S.Ag
Al-Qur’an ialah kita suci yang
diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab.
Untuk membacanya, ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan. Kaidah-kaidah
itulah yang disenut ilmu tajwid.
Menurut bahasa tajwid berarti
membaguskan, membuat bagus atau pembagusan (perbaikan bacaan). Menurut istilah,
ilmu tajwid ialah ilmu yang membicarakan
tentang tata cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Dengan mempelajari
ilmu tajwid, diharapkan pengucapan lafal-lafal dalam ayat Al-Qur’an menjadi
tepat.
Ada dua hukum berkaitan dengan ilmu
tajwid. Pertama, hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai penetahuan ialah fardu
kifayah. Kedua, hukum menerapkan ilmu tajwid dalam membaca ayat-ayat Al-Qur,an
hukumnya fardu ain.
1.
MACAM HUKUM
BACAAN MIM SUKUN
Mim Sukun yang bertemu dengan
huruf hijaiyah, hukum bacaannya ada tiga. Ketiga hukum bacaan itu ialah : idgam
mimi, Ikhfa syafawi, dan izhar syafawi
1)
Idgam mimi
(ادغام ميمي )
Idgam
mimi disebut juga Idgam mutamasilain. Huruf idgam mimi hanya satu, yaitu mim ( م). Cara membacanya ialah dengan memadukkan suara mim sukun
kedalam mim berharakat berikkutnya. Kemudian suara di gunnah kan secara sempurna dengan lama
tiga harkat. Suara gunnah keluar dari pangkal
hidung. Contoh :
١. كم من فئة ٤.
ما لهم من علم
٢. عليهم مؤصدة ٥. ولهم
مهتدون
٣. ان كنتم مؤمنين ٦. عليهم من كل باب
2) Ihkfa syafawi (اخفاء شفوي)
Ikhfa berarti samara, sedangkan syafawi berarti bibir. Ikhfa
syafawi terjadi apabila ada huruf mim sukun bertemu dengan huruf ba (ب ). Disebut ikhfa syafawi karena
hukum ikhfa terjadi pada huruf yang bermakhraj di bibir.
Cara
membaca ikhfa syafawi ialah dengan suara samara antara mim dan ba. Kemudian,
ditahan kurang lebih dua ketukan. Pada saat membacanya, kedua bibir merapat
sehingga tidak ada udara yang keluar dri mulut. Contoh
:
١. ان ربهم بهم ٤. ان كثيرا منهم
بعد ذلك
٢. فاحكم بينهم بالقسط ٥. بل انتم بشر ممن
خلق
٣. ومن لم يحكم بما انزل الله ٦. قد جاء كم بشير
ونذير
3) Izhar Syafawi (اظهار شفوي )
Izhar berarti jelas., sedanngkan syafawi
berarti bibir. Izhar syafawi terjadi apabila ada huruf mim sukun bertemu dengan
huruf hijaiyah, selain mim ( م )
dan ba (ب ).
Cara
membaca izhar syafawi ialah dengan suara jelas. Pada saat mengucapkan huruf
mim, kedua bibir dirapatkan. Kejelasan pengucapan huruf mim cukup satu ketukan,
tidak boleh lebih dari satu ketukan, dikhawatirkan akan menjadi bacaan ikhfa
atau gunnah.
Pengucapan
izhar syafawi harus lebih diperjelas ketika mim sukun bertemu dengan dua huruf,
yaitu fa (ف )
atau waw (و ).
Hal ini disebabkan kedua huruf tersebut makhrajnya berasal dari bibir.
2.
QS. AL
BAYYINAH DAN AL KAFIRUN
1)
Surah
Al-Bayyinah
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ (١)
رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً (٢) فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ
(٣) وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ (٤) وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (٦) إِنَّ
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
(٧). البينة
2)
Surah
Al-Kafirun
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١) لَا أَعْبُدُ
مَا تَعْبُدُونَ (٢) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣) وَلَا أَنَا
عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥) لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦) الكافرون
1. TERJEMAHAN QS
AL BAYYINAH DAN AL KAFIRUN
a. Terjemahan QS
Al Bayyinah
1) orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang
musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum
datang kepada mereka bukti yang nyata,
2) (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang
membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),
3) di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab yang lurus[1594].
4) dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan
Al kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang
nyata.
5) Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
6) Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan
orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di
dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.
8) Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
[1594] Yang
dimaksud dengan isi Kitab-Kitab yang Lurus ialah isi Kitab-Kitab yang
diturunkan kepada nabi-nabi seperti Taurat, Zabur, dan Injil yang murni.
[1595] Lurus
berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
b. Terjemahan QS Al Kafirun
1) Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2) aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3) dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,
5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah.
6) untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
2. ISI KANDUNGAN
QS AL BAYYINAH DAN AL KAFIRUN TENTANG TOLERANSI
Surah al-Bayyinah
yang berkaitan dengan toleransi adalah ayat 1 dan 2. kedua ayat ini menjelaskan
sikap tegas yang dimiliki oleh orang-orang kafir dari golongan ahli kitab
(Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan tidak akan
meninggalkan ajaran agama mereka sampai datang keteranga yang nyata. Keterangan
itu adalah nabi akhir zaman yang mereka dambakan akan membacakan
lembaran-lembaran suci sebagai pedoman hidup.
Ada beberapa
riwayat yang menjelaskan sebab-sebab turunnya surah al-Kafirun. Salah satu
riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka kafir Quraisy datang menemui
Rasulullah saw. Mereka adalah al-Walid bin Mugirah, al-’Ash bin Wail, al-Aswat
bin al-Mutalib, dan Umayyah bin Khalaf. Kedatangan mereka untuk mengajak
Rasulullah saw. bersekutu dalam segala hal, termasuk dalam hal peribadahan.
Mereka akan menyembah apa yang beliau
sembah. Beliau pun diminta menyembah apa yang mereka sembah. Bahkan, mereka
mengangkat beliau sebagai pemimpin. Dengan adanya tawaran tersebut, turunlah
wahyu Allah swt. yaitu Surah al-Kafirun. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abi
Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Mina.
Pada ayat 2 dan
4, Rasulullah saw. menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah menjadi penyembah
apa yang disembah orang kafir, yakni berhala. Ayat 3 dan 5. Rasulullah saw.
juga menegaskan bahwa orang kafir pun tidak akan pernah menjadi penyembah apa
yang beliau sembah, yakni Allah swt. Dengan demikian, Ayat 2-5 merupakan
landasan fanatisme beragama. Rasulullaah saw. bersama kaum muslimin tetap
mempertahankan ketauhidannya. Orang-orang kafir pun tetap mempertahankan agama
mereka, yakni menyembah berhala.
Pada Ayat 6,
Rasulullah saw. Menegaskan bahwa orang kafir tetap pada agamanya dan beliau
bersama kaum muslimin tetap pada agama tauhid. Dengan demikian, Ayat 6 ini
sebagai landasan hukum adanya tasamuhdalam beragama.
Kaum muslimin
memberi kebebasan dan tidak boleh mengganggu orang kafir dalam menjalankan
agama nya. Sebaliknya, orang kafir pun tidak boleh mengganggu kaum muslimin
dalam menjalankan ajaran islam. Hal ini telah diterapkan Rasulullah saw. Ketika
membanggun masyarakat Madinah. Orang Islam hidup berdampingan dengan orang
Yahudi dan Nasrani meskipun akhirnya mereka mengkhianatiumat Islam.
1. KEHIDUPAN
UMAT BERAGAMA DALAM AJARAN ISLAM
a. Fanatik
Menurut
KBBI, Fanatik ialah teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran
(politik, politik agama dan sebagai nya). Dengan demikian, orang yang fanatik
dalam beragama berarti memiliki keyakinan yang kuat dan mantap dalam hati
terhadap agama nya.
Di dalam islam, sikaf fanatik
terhadap ajaran agama disebut istiqomah. Islam mewajibkan umat nya memiliki
sikaf fanatik atau istiqomah dalam beragama. Dengan sikap ini, seorang muslim
akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran islam. Muslim yang tidak
fanatik terhadap ajaran islam disebut munafik, tidak memiliki pegangan hidup
yang mantap.
b. Toleran
Menurut KBBI toleran ialah sifat
atau sikaf suka menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian nya sendiri. Dengan kata lain, toleran berartti
memberi kebebesan kepada orang lain untuk bersikaf atau berpendirian sesuai
keinginan nya.
2.
KETERKAITAN ANTARA SURAH AL-KAFIRUN DAN
AL-BAYYINAH TENTANG MEMBANGUN KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DALAM FENOMENA KEHIDUPAN
Surah
Al-Kafirun dan Al-Bayyinah mempunyai keterkaitan sangat erat yang saling
melengkapi. Surah Al-Kafirun ayat 2-5 dan Al-Bayyinah ayat 1-2 sebagai landasan
hukum wajibnya memiliki fanatisme atau istiqomah dalam beragama. Keyakinan yang
telah dipilih harus diperjuangkan dengan segala kemampuan dan kekuatan. Dengan
demikian, keyakinan itu tidak akan mudah goyah oleh pengaruh keyakinan lain.
Keyakinan ini harus ditanamkan terhadap seluruh anggota keluarga.
1.
CARA PERILAKU ORANG YANG
BERTOLERANSI DALAM BERAGAMA
Sikap fanatik
beragama dan toleran harus dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Diantara wujud fanatisme dan tasamuh menurut kandungan surah Al-Kafirun dan
Al-Bayyinah adalah sebagai berikut :
a.
Fanatik
1)
Sebagai seorang
muslim kita harus mempertahankan keyakinan sampai akhir hayat, sebagaimana
firman Allah SWT berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢) آل عمران
Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepadanya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS.
Ali Imran: 102)
2) Tidak
mudah terpengaruh oleh keyakinan lain karena kita yakin bahwa hanya agama Islam
yang benar. Allah SWT
berfirman sebnagai berikut :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ....
Sesungguhnya
aganma disisi Allah ialah Islam. (QS. Ali Imran : 19)
3) Tidak mengorbankan keyakinan demi keuntungan dunia karena
kita tahu bahwa perbuatan itu akanmembawa pada kerugian, sebagaimana firman
Allah SWT berikut ini :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا
فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٨٥) آل عمران
Dan barang siapa mencari agama
selain Islam, dia tidak akan diterima, dan diakhirat dia termasuk orang yang
rugi. (QS. Ali Imran : 85)
b.
Tasamuh atau
Toleran
1) Tidak memaksakan keyakinan kepada orang
lain karena tidak dibenarkan agama dan akal sehat. Hal itu sesuai
dengan firman Allah SWT berikut ini :
لَا
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ
بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٥٦) البقرة
Tidak ada
paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada
tagut dan beriman kepada Allah , maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak
akan putus. Allah maha mendengar, maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256)
Islam disebut
dengan ar-rusydu (yang benar), sedangkan selain Islam disebut al-gayyu (tidak
benar). Manusia telah diberi akal, pikiran, dan perasaan yang dapat digunakan
untuk memilih jalan yang diridai Allah swt, yakni Islam atau jalan yang tidak
diridai-Nya, yakni non-Islam. Allah berfirman sebagai berikut.
وَقُلِ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ
يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ
الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (٢٩) الكهف
2) Sabar dalam
menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam, sebagaimana para rasul
terdahulu. Tegas seorang dai atau mubalig hanyalah menyampaikan Islam kepada manusia dan mengajak untuk menjalankan
nya. Seorang dai tidak bertanggung jawab terhadap iman atau tidaknya orang lain.
Seorang dai kadang harus menanggung beban dihina atau didustakan. Ia harus
sabar menerima nya, sebagaimana firman Allah swt, berikut ini:
ôs)s9ur ôMtÉjä. ×@ßâ `ÏiB y7Î=ö7s% (#rçy9|Ásù 4n?tã $tB (#qçÉjä. (#rèré&ur #Ó¨Lym öNßg9s?r& $tRçóÇtR
Dan
sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka
sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka,
ssampai datang pertolongan kami kepada mereka… (Q.S. al-‘an’am/6: 34)
dalam ayat
lain, Allah swt, berfirman sebagai berikut:
÷É9ô¹$#ur $tBur x8çö9|¹ wÎ) «!$$Î 4 wur ÷btøtrB óOÎgøn=tæ wur Ûs? Îû 9,ø|Ê $£JÏiB crãà6ôJt
Dan bersabarlah
(Muhammad) dan kesabaran it semata-mata dengan pertolongan Allah dan jangan lah
engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit
dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. (Q.S. an-Nahl/16:127)
2)
Bersahaja dalam melaksanakan dakwah, tidak
mengikuti jalan pikiran objek dakwah. Seorang dai tidak seharusnya hanya
mengikuti kemauan objek dakwah dalam menyampaikan dakwahnya. Semua harus
dikembalikan kepada ajaran Allah swt, berfirman sebagai berikut:
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB
Dan janganlah
kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan
dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S.
al-Isra’/17: 36).
3)
Bebas menjalin hubungan dengan non muslim
selama tidak menyangkut akidah dan ibadah, sebagaimana firman Allah swt,
sebagai berikut:
w âä38yg÷Yt ª!$# Ç`tã tûïÏ%©!$# öNs9 öNä.qè=ÏG»s)ã Îû ÈûïÏd9$# óOs9ur ä.qã_Ìøä `ÏiB öNä.Ì»tÏ br& óOèdry9s? (#þqäÜÅ¡ø)è?ur öNÍkös9Î) 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$#
Allah tidak
melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampong halamanmu.
Sesungguhnya Allah mencari orang-orang yang berlaku adil. (Q.S.
al-Mumtahanah/60: 8)
c.
Hikmah Fanatik
dan Toleran dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap Fanatik
toleransi berdampak positif dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara dampak
positif sikap fanatik adalah:
·
Memiliki
keyakinan yang kuat sehingga lebih mantap dalam melaksanakan agama;
·
Memiliki harga
diri sehingga dipperhitungkan pihak lain;
·
Teruji dalam
pandangan allah swt.
Adapun dampak positif dari sifat toleransi,
antara lain:
o Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai;
o Terwujudnya keamanan dan ketentraman hidup sesama anggota
masyarakat;
o Terpenhinya hak-hak setiap anggota masyarakat sehingga
menimbulkan kepuasan batin;
o Menumbuhkan persatuan dan rasa kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar