Translate

Minggu, 03 November 2013

Pelajaran Al-Qur'an - Hadits Kelas 7 Semester 2 TP. 2013/2014


Pelajaran 1

MENERAPKAN HUKUM BACAAN MIM SUKUN
DALAM QS. AL-BAYYINAH DAN AL-KAFIRUN
Oleh: M. Yusuf, S.Ag

             Al-Qur’an ialah kita suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab. Untuk membacanya, ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan. Kaidah-kaidah itulah yang disenut ilmu tajwid.
             Menurut bahasa tajwid berarti membaguskan, membuat bagus atau pembagusan (perbaikan bacaan). Menurut istilah, ilmu tajwid ialah ilmu  yang membicarakan tentang tata cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Dengan mempelajari ilmu tajwid, diharapkan pengucapan lafal-lafal dalam ayat Al-Qur’an menjadi tepat.
             Ada dua hukum berkaitan dengan ilmu tajwid. Pertama, hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai penetahuan ialah fardu kifayah. Kedua, hukum menerapkan ilmu tajwid dalam membaca ayat-ayat Al-Qur,an hukumnya fardu ain.

1.  MACAM HUKUM BACAAN MIM SUKUN
                Mim Sukun yang bertemu dengan huruf hijaiyah, hukum bacaannya ada tiga. Ketiga hukum bacaan itu ialah : idgam mimi, Ikhfa syafawi, dan izhar syafawi

1)  Idgam mimi (ادغام ميمي )
Idgam mimi disebut juga Idgam mutamasilain. Huruf idgam mimi hanya satu, yaitu mim (  م).  Cara membacanya ialah dengan memadukkan suara mim sukun kedalam mim berharakat berikkutnya. Kemudian suara di gunnah kan secara sempurna dengan lama tiga harkat. Suara gunnah keluar dari pangkal hidung. Contoh :
١. كم من فئة                                                   ٤. ما لهم من علم
٢. عليهم مؤصدة                                      ٥. ولهم مهتدون
٣. ان كنتم مؤمنين                                              ٦. عليهم من كل باب
2)  Ihkfa syafawi (اخفاء شفوي)
Ikhfa berarti samara, sedangkan syafawi berarti bibir. Ikhfa syafawi terjadi apabila ada huruf mim sukun bertemu dengan huruf ba (ب ). Disebut ikhfa syafawi karena hukum ikhfa terjadi pada huruf yang bermakhraj di bibir.
          Cara membaca ikhfa syafawi ialah dengan suara samara antara mim dan ba. Kemudian, ditahan kurang lebih dua ketukan. Pada saat membacanya, kedua bibir merapat sehingga tidak ada udara yang keluar dri mulut. Contoh :        
١. ان ربهم بهم                               ٤. ان كثيرا منهم بعد ذلك        
٢. فاحكم بينهم بالقسط                              ٥. بل انتم بشر ممن خلق
٣. ومن لم يحكم بما انزل الله                          ٦. قد جاء كم بشير ونذير
3)  Izhar Syafawi (اظهار شفوي )
                Izhar berarti jelas., sedanngkan syafawi berarti bibir. Izhar syafawi terjadi apabila ada huruf mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah, selain mim ( م ) dan ba (ب ).
          Cara membaca izhar syafawi ialah dengan suara jelas. Pada saat mengucapkan huruf mim, kedua bibir dirapatkan. Kejelasan pengucapan huruf mim cukup satu ketukan, tidak boleh lebih dari satu ketukan, dikhawatirkan akan menjadi bacaan ikhfa atau gunnah.
          Pengucapan izhar syafawi harus lebih diperjelas ketika mim sukun bertemu dengan dua huruf, yaitu fa (ف ) atau waw (و ). Hal ini disebabkan kedua huruf tersebut makhrajnya berasal dari bibir.


2.  QS. AL BAYYINAH DAN AL KAFIRUN
1)  Surah Al-Bayyinah

 
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ (١) رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً (٢) فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ (٣) وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ (٤) وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (٦) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (٧). البينة


 2)  Surah Al-Kafirun

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦) الكافرون


1.    TERJEMAHAN QS AL BAYYINAH DAN AL KAFIRUN
a.    Terjemahan QS Al Bayyinah
1)   orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
2)   (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),
3)   di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab yang lurus[1594].
4)   dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
5)   Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
6)   Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
7)   Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.
8)   Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
[1594]   Yang dimaksud dengan isi Kitab-Kitab yang Lurus ialah isi Kitab-Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi seperti Taurat, Zabur, dan Injil yang murni.
[1595]   Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

b.   Terjemahan QS Al Kafirun
1)   Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2)   aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3)   dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4)   dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5)   dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6)   untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

2.    ISI KANDUNGAN QS AL BAYYINAH DAN AL KAFIRUN TENTANG TOLERANSI
Surah al-Bayyinah yang berkaitan dengan toleransi adalah ayat 1 dan 2. kedua ayat ini menjelaskan sikap tegas yang dimiliki oleh orang-orang kafir dari golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan tidak akan meninggalkan ajaran agama mereka sampai datang keteranga yang nyata. Keterangan itu adalah nabi akhir zaman yang mereka dambakan akan membacakan lembaran-lembaran suci sebagai pedoman hidup.
Ada beberapa riwayat yang menjelaskan sebab-sebab turunnya surah al-Kafirun. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka kafir Quraisy datang menemui Rasulullah saw. Mereka adalah al-Walid bin Mugirah, al-’Ash bin Wail, al-Aswat bin al-Mutalib, dan Umayyah bin Khalaf. Kedatangan mereka untuk mengajak Rasulullah saw. bersekutu dalam segala hal, termasuk dalam hal peribadahan. Mereka akan menyembah apa  yang beliau sembah. Beliau pun diminta menyembah apa yang mereka sembah. Bahkan, mereka mengangkat beliau sebagai pemimpin. Dengan adanya tawaran tersebut, turunlah wahyu Allah swt. yaitu Surah al-Kafirun. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Mina.
Pada ayat 2 dan 4, Rasulullah saw. menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang disembah orang kafir, yakni berhala. Ayat 3 dan 5. Rasulullah saw. juga menegaskan bahwa orang kafir pun tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang beliau sembah, yakni Allah swt. Dengan demikian, Ayat 2-5 merupakan landasan fanatisme beragama. Rasulullaah saw. bersama kaum muslimin tetap mempertahankan ketauhidannya. Orang-orang kafir pun tetap mempertahankan agama mereka, yakni menyembah berhala.
Pada Ayat 6, Rasulullah saw. Menegaskan bahwa orang kafir tetap pada agamanya dan beliau bersama kaum muslimin tetap pada agama tauhid. Dengan demikian, Ayat 6 ini sebagai landasan hukum adanya tasamuhdalam beragama.

Kaum muslimin memberi kebebasan dan tidak boleh mengganggu orang kafir dalam menjalankan agama nya. Sebaliknya, orang kafir pun tidak boleh mengganggu kaum muslimin dalam menjalankan ajaran islam. Hal ini telah diterapkan Rasulullah saw. Ketika membanggun masyarakat Madinah. Orang Islam hidup berdampingan dengan orang Yahudi dan Nasrani meskipun akhirnya mereka mengkhianatiumat Islam.


1.    KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DALAM AJARAN ISLAM
a.    Fanatik
Menurut KBBI, Fanatik ialah teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, politik agama dan sebagai nya). Dengan demikian, orang yang fanatik dalam beragama berarti memiliki keyakinan yang kuat dan mantap dalam hati terhadap agama nya.
                Di dalam islam, sikaf fanatik terhadap ajaran agama disebut istiqomah. Islam mewajibkan umat nya memiliki sikaf fanatik atau istiqomah dalam beragama. Dengan sikap ini, seorang muslim akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran islam. Muslim yang tidak fanatik terhadap ajaran islam disebut munafik, tidak memiliki pegangan hidup yang mantap.


b.   Toleran
                Menurut KBBI toleran ialah sifat atau sikaf suka menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian nya sendiri. Dengan kata lain, toleran berartti memberi kebebesan kepada orang lain untuk bersikaf atau berpendirian sesuai keinginan nya.

2.    KETERKAITAN ANTARA SURAH AL-KAFIRUN DAN AL-BAYYINAH TENTANG MEMBANGUN KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DALAM FENOMENA KEHIDUPAN
Surah Al-Kafirun dan Al-Bayyinah mempunyai keterkaitan sangat erat yang saling melengkapi. Surah Al-Kafirun ayat 2-5 dan Al-Bayyinah ayat 1-2 sebagai landasan hukum wajibnya memiliki fanatisme atau istiqomah dalam beragama. Keyakinan yang telah dipilih harus diperjuangkan dengan segala kemampuan dan kekuatan. Dengan demikian, keyakinan itu tidak akan mudah goyah oleh pengaruh keyakinan lain. Keyakinan ini harus ditanamkan terhadap seluruh anggota keluarga. 
               
                 
1.    CARA PERILAKU ORANG YANG BERTOLERANSI DALAM BERAGAMA
Sikap fanatik beragama dan toleran harus dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Diantara wujud fanatisme dan tasamuh menurut kandungan surah Al-Kafirun dan Al-Bayyinah adalah sebagai berikut :
a.  Fanatik
1)  Sebagai seorang muslim kita harus mempertahankan keyakinan sampai akhir hayat, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢) آل عمران
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepadanya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Ali Imran: 102)
2)  Tidak mudah terpengaruh oleh keyakinan lain karena kita yakin bahwa hanya agama Islam yang benar. Allah SWT berfirman sebnagai berikut :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ....
 Sesungguhnya aganma disisi Allah ialah Islam. (QS. Ali Imran : 19)
3)  Tidak mengorbankan keyakinan demi keuntungan dunia karena kita tahu bahwa perbuatan itu akanmembawa pada kerugian, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٨٥) آل عمران
                Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan diakhirat dia termasuk orang yang rugi. (QS. Ali Imran : 85)

b.  Tasamuh atau Toleran
1)  Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain  karena tidak  dibenarkan agama dan akal sehat. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini :
 
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٥٦) البقرة
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah , maka sungguh, dia telah berpegang  (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar, maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256)
Islam disebut dengan ar-rusydu (yang benar), sedangkan selain Islam disebut al-gayyu (tidak benar). Manusia telah diberi akal, pikiran, dan perasaan yang dapat digunakan untuk memilih jalan yang diridai Allah swt, yakni Islam atau jalan yang tidak diridai-Nya, yakni non-Islam. Allah berfirman sebagai berikut.

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (٢٩) الكهف 
2) Sabar dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam, sebagaimana para rasul terdahulu. Tegas seorang dai atau mubalig hanyalah menyampaikan Islam  kepada manusia dan mengajak untuk menjalankan nya. Seorang dai tidak bertanggung jawab terhadap iman atau tidaknya orang lain. Seorang dai kadang harus menanggung beban dihina atau didustakan. Ia harus sabar menerima nya, sebagaimana firman Allah swt, berikut ini:
ôs)s9ur ôMtÉjä. ×@ßâ `ÏiB y7Î=ö7s% (#rçŽy9|Ásù 4n?tã $tB (#qçÉjä. (#rèŒré&ur #Ó¨Lym öNßg9s?r& $tRçŽóÇtR
Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, ssampai datang pertolongan kami kepada mereka… (Q.S. al-‘an’am/6: 34)
dalam ayat lain, Allah swt, berfirman sebagai berikut:
÷ŽÉ9ô¹$#ur $tBur x8çŽö9|¹ žwÎ) «!$$Î 4 Ÿwur ÷btøtrB óOÎgøŠn=tæ Ÿwur ہs? Îû 9,øŠ|Ê $£JÏiB šcrãà6ôJtƒ
Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaran it semata-mata dengan pertolongan Allah dan jangan lah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. (Q.S. an-Nahl/16:127)

2)  Bersahaja dalam melaksanakan dakwah, tidak mengikuti jalan pikiran objek dakwah. Seorang dai tidak seharusnya hanya mengikuti kemauan objek dakwah dalam menyampaikan dakwahnya. Semua harus dikembalikan kepada ajaran Allah swt, berfirman sebagai berikut:
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB  
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S. al-Isra’/17: 36).


3)  Bebas menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak menyangkut akidah dan ibadah, sebagaimana firman Allah swt, sebagai  berikut:
žw âä38yg÷Ytƒ ª!$# Ç`tã tûïÏ%©!$# öNs9 öNä.qè=ÏG»s)ムÎû ÈûïÏd9$# óOs9ur ä.qã_̍øƒä `ÏiB öNä.̍»tƒÏŠ br& óOèdrŽy9s? (#þqäÜÅ¡ø)è?ur öNÍköŽs9Î) 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# 
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampong halamanmu. Sesungguhnya Allah mencari orang-orang yang berlaku adil. (Q.S. al-Mumtahanah/60: 8)


c.  Hikmah Fanatik dan Toleran dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap Fanatik toleransi berdampak positif dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara dampak positif sikap  fanatik adalah:
·      Memiliki keyakinan yang kuat sehingga lebih mantap dalam melaksanakan agama;
·      Memiliki harga diri sehingga dipperhitungkan pihak lain;
·      Teruji dalam pandangan allah swt.
  Adapun dampak positif dari sifat toleransi, antara lain:
Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai;
Terwujudnya keamanan dan ketentraman hidup sesama anggota masyarakat;
Terpenhinya hak-hak setiap anggota masyarakat sehingga menimbulkan kepuasan batin;
Menumbuhkan persatuan dan rasa kebersamaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar